Berita – Berbagi Ruang Merawat Kehidupan di Taman Nasional Way Kambas
- Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi dengan lima satwa kunci ini terpilih menjadi salah satu situs Taman Warisan ASEAN (ASEAN Heritage Park/AHP)
- Program AHPs termasuk di TNWK bertujuan menyelaraskan konservasi keanekaragaman hayati dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan karena masyarakat desa-desa penyangga kawasan turut andil dalam upaya pelestarian alam dalam berbagi ruang dengan fauna yang ada di TNWK
- Keseharian warga desa pinggir hutan TNWK mengembangkan ketahanan pangan dengan pertanian intesif, pengolahan produk pangan, budidaya madu hutan, pengembangan kerajinan tali/anyaman tangan bertemakan satwa dilindungi, ekowisata yang semua itu melengkapi lanskap Way Kambas.
- Wujud berbagi ruang dengan satwa dari sisi pemanfaaatan dan pelestarian itu tercermin dalam kegiatan Pameran Virtual Produk Masyarakat Desa Penyangga, pada Rabu (23/12/2020) bertema “Berbagi Ruang, Hidup Berdamping, Merawat Kehidupan” yang diselenggarakan Balai TNWK, Pemerintah Propinsi Lampung dan kabupaten dengan mitra TNWK
Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung merupakan salah satu kawasan di ujung selatan Pulau Sumatera yang kaya akan keanekaragaman hayati terutama lima satwa kunci yaitu badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis), harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae), gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus), tapir (Tapirus indicus) dan beruang madu (Helarctos malayanus).
Keunikan serta nilai penting dari keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, membuat TNWK terpilih menjadi salah satu situs Taman Warisan ASEAN (ASEAN Heritage Park/AHP) pada 27 Juli 2016. Selain TNWK, kawasan lain yang ditetapkan sebagai AHP yaitu Taman Nasional (TN) Gunung Leuser, TN Kerinci Seblat, TN Lorentz, TN Kepulauan Seribu dan TN Wakatobi.
Program AHPs bertujuan untuk menyelaraskan konservasi keanekaragaman hayati dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan yang menjadi AHPs. Tak hanya itu, masyarakat desa penyangga pun mewarnai ruang kehidupan dengan berbagai aktivitas dan juga usaha ekonominya bersamaan dengan kehadiran satwa liar yang terkadang keluar dari kawasan seperti gajah ke pemukiman atau kebun warga sekitar.
Masyarakat desa-desa penyangga TNWK turut andil dalam upaya pelestarian alam dalam berbagi ruang dengan fauna yang ada di TNWK seluas sekitar 125,631.31 hektare dan ditetapkan sebagai TN oleh Pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 670/Kpts-II/1999 tanggal 26 Agustus 1999.
Keseharian warga desa pinggir hutan TNWK mengembangkan ketahanan pangan dengan pertanian intesif, pengolahan produk pangan, budidaya madu hutan, pengembangan kerajinan tali/anyaman tangan bertemakan satwa dilindungi, ekowisata yang semua itu melengkapi lanskap Way Kambas.
Wujud berbagi ruang dengan satwa dari sisi pemanfaaatan dan pelestarian itulah yang menjadi keseharian masyarakat desa penyangga untuk bersama-sama menjadi desa siaga dan tanggap akan ruang hidupnya. Salah satu kegiatan yang dilakukan melalui Pameran Virtual Produk Masyarakat Desa Penyangga, pada Rabu (23/12/2020) dengan tema “Berbagi Ruang, Hidup Berdamping, Merawat Kehidupan”.
Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Balai TNWK, Pemerintah Propinsi Lampung dan kabupaten, Mitra TNWK yaitu WCS, UNILA, PILI, Alert, Yapeka, Penabulu, TFCA Sumatra, SGP Indonesia, Himpasad, PKHS, Pundi Sumatera, Forum Rembug Desa Penyangga (FRDP) dan juga pemerintah desa penyangga di Kabupaten Lampung Timur serta Lampung Tengah
Upaya masyarakat tersebut mendapat apresiasi yang tinggi dari berbagai pihak, termasuk TNWK sebagai pengelola Kawasan konservasi. “TNWK sangat berterima kasih dengan dukungan Mitra dalam penyelenggaraan kegiatan ini dalam upaya mendukung kegiatan di TNWK termasuk mempromosikan produk-produk desa-desa penyangga,” ungkap Sukatmoko, Humas TNWK.
“Dengan pameran ini kita menjadi tahu ternyata sudah banyak produk yang dihasilkan oleh masyarakat dampingan TNWK bersama dengan Mitra. Tinggal bagaimana mencarikan pasarnya agar ekonomi masyarakat sekitar kawasan TNWK dapat berkembang. Dengan kehadiran Dinas Pariwisata dan Dinas PMD Lampung Timur semoga dapat bersinergi membangun perekonomian masyarakat sekitar kawasan TNWK dengan harapan dapat mendukung kelestarian kawasan Taman Nasional Way Kambas,” lanjutnya.
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara berbagai pihak baik TNKW, LSM, Universitas, desa, dan pihak lainnya. Pendampingan desa masyarakat desa penyangga sudah cukup lama dilakukan dan proses yang tidak ringan hingga saat ini. Kepedulian masyarakat desa penyangga TNWK berangsur meningkat dan akan menjadi nilai tambah dalam turut melestarikan TNWK dan mendapatkan manfaat berkelanjutan dari keberadaan TNWK.
Sedangkan Nano Sudarno dari Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Konservasi Alam (Yapeka), salah satu mitra pendamping di TNWK menyampaikan bahwa kolaborasi mitra bersama dengan TNWK serta masyarakat sebaiknya menjadikan perhelatan kegiatan pameran virtual ini sebagai momentum menuju tujuan bersama yakni hutan lestari dan masyarakat sejahtera. Keberadaan TNWK juga dapat memberi manfaat bagi masyarakat serta masyarakat turut peduli untuk melindungi kawasan tersebut.
“Saling menghargai, saling percaya dan saling menguntungkan harus terus digaungkan dalam merawat kolaborasi tersebut,” tambah Nano.
Untuk mendukung pelestarian TNWK, telah dilaksanakan juga rangkaian kegiatan dalam rangka “World Rhino Day 2020” yaitu seperti penanaman pakan badak serta talk show tentang pelestarian badak. Kegiatan penanaman pakan badak sebagai wujud melestarikan badak sumatera melalui pemulihan habitat serta menambah ketersediaan jenis pakan badak di habitat alaminya serta sebagai upaya edukasi masyarakat secara luas dalam konservasi badak sumatera yang didukung oleh berbagai pihak.
Sementara Adi Nugroho, Chief Grant Management Small Grants Programme the ASEAN Centre for Biodiversity (SGP) Indonesia, salah satu pendukung kegiatan di TNWK menyampaikan bahwa SGP Indonesia bertujuan untuk memperkuat perlindungan dan pengelolaan TNWK sebagai AHP di Indonesia serta memastikan adanya partisipasi aktif masyarakat sekitar penyangga TNWK untuk sumber penghidupan berkelanjutan dan konservasi alam.
“SGP belum bisa menjangkau seluruh desa penyangga di TNWK karena memiliki keterbatasan karena itu diperlukan Kerjasama semua pihak ke depannya,” tambah Adi.
Peran serta masyarakat dan pihak terkait dalam pelestarian TNWK sangatlah penting agar terjadi keseimbangan, baik itu pemanfaatan sumber daya alam sekitar desa penyangga kawasan dan dukungan terhadap konservasi alam di TNWK tersebut. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat, baik dalam kegiatan konservasi maupun ekonomi perlu terus dilakukan secara sistematis.
Danang Wibowo dari Aliansi Lestari Rimba Terpadu (Alert) mengharapkan untuk kegiatan-kegiatan seperti ini dapat menjadi event tahunan, dengan melibatkan partisipasi masyarakat dan mengkolaborasikan produk ekonomi kreatif dari desa-desa penyangga lainnya dengan pihak terkait dan hasil kegiatan LSM, baik yang bergerak di konservasi satwa maupun pendampingan masyarakat.
“Kegiatan tersebut perlu didukung dan tentunya karena dalam kondisi pandemi COVID-19, tentunya kegiatan yang dilakukan harus tetap tertib protokol kesehatan,” kata Danang.
Harapan besar muncul dari berbagai pihak agar kedepan dalam rangka pelestarian Kawasan TNWK dan peningkatan penghidupan masyarakat desa penyangga secara berkelanjutan dapat terwujud. Terus menjalin kerjasama kuat dengan komunitas masyarakat desa penyangga dalam mengembangkan produk budidaya, olahan dan kerajinan demi masa depan Taman Nasional Way Kambas di masa mendatang dan pelibatan secara aktif dalam kegiatan-kegiatan konservasi harus diwujudkan secara nyata.
Sumber : https://www.mongabay.co.id/2020/12/29/berbagi-ruang-merawat-kehidupan-di-taman-nasional-way-kambas/